Jumat, 02 Maret 2018

AKU DAN MUTIARAKU

Perjalananku sampai tiba dihari sabtu
Enam belas september dua ribu tujuh belas
Pukul tiga belas lebih tiga puluh dua menit
Dibarengi dengan fenomena equinox
Yang panasnya mulai merangkak
Membawaku pada sebuah cerita aneh
Persis seperti mimpi
Tapi lebih mirip cerita fiksi langka
Berjudul the rising sun
Sebuah cerita pemberontakan menuju cita cita kudus
Ya
Karena
Proses jalanya cerita yang mengalir mulus
Begitu mudah untuk ditulis
Tetapi ketika dicoba untuk dimengerti akal orang biasa
Atau dipandu partitur music klasik yang tertib
Sulit diikuti
Ya
Rajutan nilai kebenaran
Yang dibalut keindahan mencuri
Keberanian berbohong
Yang menciptakan kelucuan
Dan keasyikan aneh dari akibat menahan lapar
Hanya dimengerti oleh kita
Berdua
Dalam kesepakatan nada minor
Dan
Menjadikan yang lain
Hanya penonton
Dan pendengar setia
Yang hanya  memfasilitasi tempat
Dengan tidak tahu apapun dari tiap obrolan
Aku dan mutiaraku

Kalu toh mereka bisa sedikit mencuri dengar
Ga akan mampu memahami obrolan kita
kan kemana endingnya

Karena obrolan diawali dengan bicara barat yang damai
Ujug ujug berdebat timur yang kering kerontang
Lalu beralih keselatan dengan topic keselamatan
Lalu balik lagi kebarat mencoba turut mengatasi
Masalah orang orang yang hanya membanggakan
Gelar sarjananya tanpa wujud nyata
Dan diselingi helaan nafas sejenak
Tahu tahu sudah bicara tentang timur lagi
Yang sudah kacau balau

iya
bisa dipastikan mereka bingung
karena dari raut mukanya
mereka bukan orang orang jazzy
yang dipenuhi warna warni petualangan hidup unik

tapi hari harinya terbiasa diisi dengan duduk dikursi malas
yang terbuat dari bamboo wulung
mendekap erat erat ijasahnya
menunggu panggilan kerja
yang dengan suka rela terima upah standar UMR

Aih
Ternyata untuk bertemu kebenaran
Atau memahami tuhan bersama kita
Sakitnya paku salib
Kuk yang nyaman
Rancangan damai sejahtera
Dan
Keasyikan rohaniah
Bisa didapatkan dimana saja
Tidak bisa diklaim hanya dimimbar bait tuhan saja
Tapi bisa ada di terminal bus
Stasiun
Alfamart
Pasar rakyat
Panggung kebudayaan
Atau
Diruang tamu tetangga
So
Dengan prolog masa bodo
Secara tersirat kita menyetujui untuk
Memulai dengar dengaran suara roh kudus
Mengkhotbahkan
Dan mengekspresikan dengan iringan  musik jazz
Dengan satu tujuan
Mencari siasat
Menemukan asyiknya memuliakan namaNya
Ah
Perjalananku diakhiri
Dengan kondisi yang menggelikan
ya
Mutiaraku menyadari sudah kehabisan waktunya
Mirip dongeng cinderela
Yang gugup jangan sampai ketahuan ibu tirinya
Mengakibatkan aku lupa memeberikan bea taksi

Cerita tertinggalnya sepatu kaca diundak undakan
Tak ada
Digantikan dengan senyum dan do’a
Tuhan memberkati

Purwokerto,17 September 2017.
Surya Esa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar